Selasa, 22 Oktober 2013

-

Musim semi telah datang. Menghadirkan bunga bunga yang cantik. Hawa dingin semakin berkurang. Dan matahari bersinar cerah. Senyum dan rasa syukur hadir setiap harinya. Awan pun tau diri untuk tak menutupi matahari.

Kemaramaian kota bernyanyi untuk rasa sepi. Masih membayangkan putihnya salju dan indahnya natal, serta cerita itu.

Kesibukannya tempat pelariannya, dan di saat daun hijau mulai hadir di pohonnya, maka tangisannya pun pecah tak terbendung.

-

Hujan turun. Otak kembali memutar masa lalu. Dimana matahari masih bersinar cerah. Sinar rembulan selalu menuntun menuju kebahagiaan. Angin yg berhembus membisikan cerita indah dan membawa tawaku.

Hujan itu tetap turun, aku berharap dapat membahasi seluruh kenangan. Melunturkan namanya.

Namun aku tau, aku berharap waktu dapat berputar kembali...

Kamis, 10 Oktober 2013

-

Tak ada penyesalan. Aku menyukainya, tak ada kecewa. Itu hanya seperti daun di musim gugur. Yang bersama pohonnya hanya dengan hitungan waktu. Meninggalkan kenangan, tak ada tangisan kepergian.
Seperti lagu dalam playlist lama yang diputar ulang. Kembali mengingat. Menyukainya. Mencoba memahaminya.
Seperti menemukan ayunan setelah sekian lama. Perasaan kanak-kanak itu muncul. Senyum dan tawa. Kebahagiaan. Dan lengkap.
Seperti cahaya. Secepat itu. Singgah dan bukan berlabuh.

-

Tak ada alasan. Berjalan menembus kegelapan, tak ada tujuan. Angan-angan tak tergapai. Tak ada tangisan, tak ada kecewa. Perasaan baru yang hadir, tak tau apa namanya. Cerita yang di mulai, dengan akhir yang gamang. Pelabuhan itu kosong. Sunyi menemani, dan rasa ini tetap ada.

-

Angin yang berhembus, tak akan pernah kembali lagi. Ia akan terus berhembus, meninggalkan apa yang dibelakangnya, tak memperdulikannya, mengacuhkannya.
Hujan yang turun, hanya singgah dan pergi. Kedatangan dan kepergiannya dapat dihitung. Sebagian meninggalkan kenangan, sebagian lainnya tidak.
Pelangi yang hadir hanya semburat. Warna-warnanya hanya fatamorgana di tengah kesepian. Tak tergapai, tak berujung, dan kemudian hilang.
Tak lain halnya seperti Bintang. Indah. Berkedap kedip diantara gelapnya malam. Memberikan kenyamanan. Ia tak akan pernah pergi, tetap di tempatnya. Tapi sangat jauh tak tergapai, hanya lelah menunggu dan tak akan pernah memberikan apa-apa.
Pohon. Hanya mencintai satu hati. Itu betul.

Sabtu, 05 Oktober 2013

September

Untuk September...
Terimakasih kau telah hadir. 
Menemani hari suram dengan tawa,
mengisi hati yang kosong dengan senyum.
Sederhana, namun manis.
Tertulis di setiap hariku.

Untuk September...
Terimakasih.
Setiap angin berhembus menerpa wajahku
meninggalkan kenangan di sudut hati
menghadirkan secercah harapan dan
mimpi indah di lelapku

September
Hari itu, kali pertama aku lihat senyumannya
Seperti anak burung yang baru belajar terbang, 
aku merasa benar-benar terbang
untuk pertama kalinya.
Menyentuh batas cakrawala dan melihat ujung pelangi.
Dalam setiap tarika nafas, aku bahagia.

September,
Tanpa tuntutan dan harapan
Aku ingin mengaku, bahwa
Aku menyukainyaa.

Puisi yang bertemakan cinta ini gue tulis tanggal 19-09-2013 pas ulang tahunnya bang afi dan gue lupa buat ngucapinnya. maaf bang! ade laknatmu ini sedang jatuh cinta hari ituuu. puisi ini menggambarkan perasaan gue tauuu *oke ini curhat. ini penting*  cuman kaarena puisi ini udah lama juga, jadinya puisi ini rada berubah pas gue tempel di mading kemaren. entar dah gue posting perubahan puisi ini. cuman sekedar info yaa, puisi 'September' ini menggambarrkan gue yang lagi jatuh cinta, tapi puisi 'September' yang gue tempel di mading itu puisi galau -_- yaudahlah ya entar gue posting kok puisinya ;)