Jumat, 02 Oktober 2015

Winna Efendi: Girl Meets Boy


Mengingat kembali adalah salah satu
cara terbaik untuk tidak merasakan kehilangan.
 
 Hai. Rasanya udah lamaaaaaaaa banget gue nggak buka blog ini. Padahal yang baca mah juga nggak ada yah. Cuman ini kan mah hanya tempat curahan hati gue, jadi buat yang mau baca mah Alhamdulillah kalau nggak ada yang baca mah aku rapopo wkwk

Hari ini pas gue lagi nunggu kereta di stasiun cisauk, tiba-tiba temen gue bilang kalau dosen matkul pagi ini nggak bisa hadir. Untungnya gue belum otw naik kereta yak, jadi gue langsung line Riska (baca: Ika) buat minta jemput dan anterin ke rumahnya soalnya gue mau minta naruto. Selesai minta naruto gue ngajak ika buat ke gramed soalnya gue mau beli novel yang di atas itu.

Oke. Gue nggak mau ngebahas cerita novelnya, ntar gue disangka spoiler lagi. Jadi gue lebih suka ngebahas hubungan cerita di novelnya dengan cerita di kehidupan gue. Bhak!

Awal gue liat novel itu dari twitternya Winna Efendi sendiri. Sedikit terlambat karena gue tau itu saat cover novel ini udah keluar cuman tinggal tunggu rilisnya aja. Terus gue kasih kabar tentang novel baru itu ke grup gue (kapan-kapan kalau sempet gue ceritain grup ini) dan ternyata mereka sebagian sudah ada yang tahu sebagian yang belum. Ramai dah itu grup jadinya ngebahas novel. Gue entah kenapa tertarik aja sama novel ini. Padahal sama sekali nggak tahu sinopsisnya atau jalan ceritanya. Gue bukan tertarik karena pengarangnya sekelas Winna Efendi--meskipun gue mengakui karya-karya doi tuh keren bunget hampir semuanya udah rampung gue baca.

Pas liat ini udah ada di gramed seketika gue mau beli. Tapi apalah daya pas pertama kali liat duitnya belom ada :'( udah minta-minta plus mohon-mohon ke ibunda ratu (baca: nyokap) tetep aja nggak dibolehin beli. terus pas hari ini akhirnya gue baru kesampean beli!

Gue baca sinopsisnya yang dibelakang buku ini. Yang ada dipikiran gue adalah
  1. Ini buku yang menjelaskan tentang dua orang yang terpisah jarak. Sampai akhirnya gue baca dengan teliti lagi ternyata ini cerita tentang tiga orang.
  2. Mungkin. Cinta segitiga.
  3. Kisahnya agak klise.
Sampai akhirnya gue baca novel ini. Dari halaman pertama sampai halaman terakhir gue nggak bisa berhenti baca!

Oke gue mau tarik semua kata-kata gue di atas karena itu adalah SALAH SEMUA!

Di novel ini ngebahas aspek keluarga (nyes banget dah bahas yang ini), bahas cinta (aaahhh nangis-nangis bombay bawang putih bawang goreng bacanya), kehilangan dan menemukan (kagum banget sama Winna Efendi yang bisa bikin cerita sekeren ini), persahabatan (lalalala jadi mengingat masa-masa SMA dan SMP), dan bahas sahabat jadi cinta (ini nohok banget buat gue. sumpah.). Dan, musik (keren sama bagian ini karena seakan-akan penulisnya paham tentang musik).

Untung semua quotes yang sahabat jadi cinta, itu semuanya dari halaman awal sampai akhir sukses buat hati gue mencelos. Semua deskripsinya sama sesuai dengan hati gue. Apa yang selama ini gue rasain ketika kejadian itu sedang terjadi dalam hidup gue. Makanya pas baca ini gue antara rasa seneng, gondok, baru ngerti, emang gitu (?) yah pokoknya complicated banget dah.

Ada satu quotes yang nohok gue banget dari novel ini.

"Kok nggak antusias gitu jawabnya? gimana rasanya ditembak sama sahabat sendiri?
Kecewa.
Perasaan yang baru disadarinya itu mengejutkan Ava. Ia kecewa karena Jo adalah orang pertama yang melanggar batas persahabatan mereka. Dan, dia kecewa kepada dirinya sendiri karena tak lagi merasakan hal yang sama."

Dan masih entar berapa kalimat lagi yang gue garis bawahi karena kata-katanya itu GUE BANGET!

Terus cowoi doi di sini itu sangat mirip dengan "LEO VALDEZ" di kehidupan nyata gue. Kecuali bagian musiknya. Cuman kalau untuk pendeskripsian bagaimana cara berjalan, bajunya, kebiasaannya, sifatnya, semuanya. Itu sukses bikin gue baper di setiap halamannya.

Semua kalimat pada bagian ini gue juga garis bawahi buakakaka. Terus kenapa pasangan doi ini harus cewek nerd siiihh. Ya Tuhan ituuuuu. (Gila yak. Berasa gue pede banget gitu jadi cewek nerd).

Di bagian-bagian terakhir entah kenapa gue malah nangis. Tapi sumpah gue nggak ada niatan buat nangis, ini cerita bukan sad ending juga, terus gue juga nggak sadar kalau gue lagi nangis. Tiba-tiba aja NOVEL BARU GUE BASAH KENA AER MATA GUE SENDIRI HUAAAAAAAAA

Ya, sudahlah. Itu salah gue sendiri kenapa pake acara nangis-nangisan.

Kagum banget bangetan sama Winna Efendi yang cerita sukses bikin novel baru saya basah gara-gara nangis padahal baru beli :") Bahasanya khas Winna Efendi tapi ceritanya walaupun teenlit tetep dengan klimaks yang keren banget (FYI, gue rasanya udah nggak paham lagi dengan novel teenlit. Rasanya terlalu klise) cuman untung yang ini gue harus bilang ini novelnya keren banget.

Bagian tentang sahabat, cinta, persahabatan, kehilangan dan menemukan, mimpi, musik semua itu porsinya pas. Nggak ada yang kelebihan atau pun kekurangan. Gue nggak bisa berhenti baca novel ini dari halaman pertamanya, bahkan daru ucapan terimakasihnya. Novel ini sukses dengan coretan garis bawah gue hampir di setiap bab dan setiap halaman pake pulpen warna warni. Serius gue nggak nyesel beli novel ini meskipun harus merela potong uang jajan untuk minggu depan.

Sukses untuk Kak Winna Efendi. Semoga karya-karyanya semakin baik dan semakin banyak. Semoga gue bisa jadi penulis kayak Kak Winna (AMIN!) dan semoga novel ini nggak dirusak sama Ibunda Ratu yang kalau baca novel nggak seapik gue :")

Ini udah malem dan gue sudah mengantuk. Jadi yah sekian dari Kinan ya. Kurang lebihnya mohon maaf. Apabila ada kata-kata yang salah itu semata-mata hanya karena saya manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah.

Jadi yah.... Dadaahhh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar